Bahaya di pegunungan dibedakan menjadi :
a. Bahaya subyektif, disebabkan oleh orang yang
mendaki gunung sendiri.
b. Bahaya obyektif, disebabkan oleh gunung atau
lapangan/alam itu sendiri.
Dalam praktek tidak
mungkin mengadakan perbedaan eksas (pasti), karena banyak terjadi bahaya yang
obyektif dibandingkan dengan bahaya subyektif, apabila orang melakukan
kesalahan dan tidak ingat akan bahaya tersebut.
bahaya-bahaya yang obyektif seperti :
1. Kejatuhan batu
2. daerah-daerah yang berbahaya
3. petir
4. kabut
5. udara yang mendadak menjadi buruk
Maka dia akan dapat menghindari (tidak tentu)
bahaya-bahaya tersebut.
Barangsiapa pada waktu akan terjadi bahaya,
dengan cepat dan dengan cara yang benar menghindarkan diri dari bahaya-bahaya
tersebut, ada harapan untuk hidup lama di pegunungan.
Bahaya-bahaya yang subyektif seperti :
1. keadaan atau lemah badan dari orang yang akan
mendaki
2. pengetahuan dan pengalaman yang kurang
merupakan unsur-unsur yang lebih rumit.
Dorongan hati untuk pegang peranan dan penyakit
ingin dihormati oleh sesama orang, untuk menggantikan prestasi orang lain,
membuat orang menjadi buta dan akan memiliki nasib yang tidak baik
dipegunungan. Orang yang menderita tekanan jiwa, tidak boleh mendaki gunung.
Perjalanan ke gunung yang sunyi dapat menimbulkan keajaiban.
a.
Batu yang jatuh dari gunung, merupakan ancaman bahaya besar.
Hembusan angin yang kuat, hujan angin,
menyebabkan batu-batu tersebut berjatuhan. Juga orang dan binatang, dapat
menyebabkan batu-batu berjatuhan.
Pada masa sekarang ini dimana banyak perjalanan
dilakukan di pegunungan, batu-batu yang berjatuhan, disebabkan oleh pendaki
gunung yang kurang hati-hati, merupakan salah satu bahaya yang terpenting di
pegunungan.
Pada batu karang yang banyak mengandung
batu-batu lepas, merupakan bahaya yang lebih besar dari pada batu karang yang
mengandung batu-batu tetap. Puing-puing yang banyak pada batu karang dan
parit-parit yang sempit serta dalam, merupakan saksi dari batu-batu yang jatuh.
Karena batu-batu yang jatuh itu disebabkan oleh belahan, parit-parit yang
sempit dan dalam di tempat-tempat dan dalam di tempat-tempat tertentu, maka di
tempat tersebut terjadilah bahaya yang lebih besar.
b.
Apa yang kita lakukan jika ada petir?
Tempat-tempat khusus yang berbahaya bagi petir
adalah :
1. Tempat-tempat yang menonjol sperti :
- Puncak
- salib pada gunung
- batu karang yang menonjol
- pohon-pohonan
- sungai-sungai
- Batu karang pada umumnya lebih
berbahaya daripada salju. Pada cuaca buruk, segera tinggalkan tempat-tempat tersebut.
2.
Segi tiga pada batu karang.
Perlindungan
yang terbaik dari sambaran petir ialah : mengurungkan untuk berjalan atau lebih
awal pulang.
Solusi jika terjadi petir pada saat melakukan
perjalanan di gunung :
Cuaca buruk jarang datang pada siang hari atau
pada pagi hari.
Pada waktu ada petir :
- Segera jongkok
- Duduk di atas tanah atau duduk
diatas ransel atau tali yang sedang digulungkan dan menunggu sampai petir
hilang.
- Jangan sekali-kali bersembunyi dalam
gua, imbang/bersender pada dinding.
Tempat-tempat itu sangat
berbahaya, karena tanah yang meledak dan emosi. Kran air, kawat baja dan kawat
berduri jangan sampai di sambar petir. Meskipun itu tidak secara langsung
menarik logam, tetapi mengalirkan listrik (penghantar yang baik).
c.
K a b u t
Kabut menimbulkan persoalan pada waktu kita
mencari keterangan tentang tempat yang akan kita datangi. Kita harus membawa
peta, kompas, meteran untuk mengukur tekanan udara. Pada waktu ada kabut tebal,
kita harus percaya pada alat-alat kita itu.
d.
Udara mendadak menjadi buruk
Keadaan udara yang mendadak menjadi buruk di
pegunungan, harus mendapat perhatian yang serius. Pada perjalanan yang berat,
kita mengambil resiko (kesempatan yang berbahaya) tentang udara yang mendadak
menjadi buruk. Untuk perjalanan semacam itu, sebaiknya, menunggu cuaca yang
baik.
Menunggu yang sabar, pada waktu pulang,
keberanian, kewaspadaan dan perasaan bertanggung jawab, merupakan syarat bagi
pendaki gunung.
Tanpa pertimbangan, begitu saja melakukan
perjalanan, tidak lain hanya merupakan kebodohan saja. Barang siapa tidak
mengenal bahaya, akan mejadi berani.